Cerpen: "Malam Minggu dan Pilihan Bernama Daftar Fomototo"
Cerpen: "Malam Minggu dan Pilihan Bernama Daftar Fomototo"
Blog Article
Malam minggu. Hujan turun sejak sore.
Langit Jakarta tak pernah benar-benar gelap, tapi malam ini terasa pekat.
Danu duduk di pojok kamar kos-nya, ditemani mi instan rasa ayam bawang dan sisa sinyal WiFi tetangga.
Laptop menyala.
Pekerjaan lepas belum selesai.
Dompet digital tinggal 12 ribu.
Grup alumni rame bahas cicilan mobil dan rumah baru.
Danu diam.
Kepalanya pusing.
Bukan karena lapar. Tapi karena… hidup.
"Bro, lo pernah denger Fomototo?"
Itu isi pesan dari Galih, teman SMA yang entah kenapa akhir-akhir ini jadi lebih kalem.
Biasanya Galih selalu heboh soal trading, NFT, bahkan MLM. Tapi sekarang, pesannya pendek dan aneh.
Danu jawab:
"Apaan tuh? Situs judi ya? Hahaha"
Galih balas:
"Nggak tau. Coba aja lo daftar Fomototo. Serius. Cuma itu yang bikin gue agak waras akhir-akhir ini."
Malam itu, Danu klik.
Tulisannya sederhana: daftar Fomototo.
Tanpa banyak embel-embel.
Tanpa testimoni palsu.
Tanpa animasi yang norak.
Hanya halaman kosong.
Dan form singkat.
Tanpa tahu kenapa, Danu mengisi.
Tanpa ekspektasi, tanpa tekanan.
Setelah daftar, tidak ada ucapan “Selamat!”
Tidak ada email spam.
Tidak ada kode OTP.
Tidak ada ajakan untuk deposit atau pasang taruhan.
Hanya... diam.
Dan diam itu… terasa mewah.
Tiga Hari Kemudian
Danu masih bangkrut.
Masih tinggal di kamar kos.
Masih belum tahu mau jadi apa lima tahun lagi.
Tapi ada satu hal yang berubah:
Ia tidak lagi merasa perlu membuktikan segalanya.
Karena setiap malam, saat dunia ribut memamerkan pencapaian,
ia masuk ke akunnya.
Diam.
Mengetik satu kalimat dalam jurnal digital Fomototo-nya:
“Hari ini aku cukup.”
Penutup
Daftar Fomototo mungkin tidak membuatmu kaya, viral, atau sukses instan.
Tapi di dunia yang memaksa semua orang berlari,
kadang, mendaftar ke ruang yang tidak menuntut apa-apa…
adalah bentuk keberanian yang paling jujur.